بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
“Semua berkat berasal dari
Muhammad Saw.Diberkatilah Dia yang mengajar dan ia yang telah diberi pelajaran”.
NABI BESAR MUHAMMAD SAW.
“Hadhrat
Muhammad, Junjungan dan Penghulu kami, Semoga Allah memberi salawat dan berkat
atas dirinya”
“Setelah Allah, maka aku ini mabuk dengan kecintaan terhadap Muhammad. Kalau ini disebut kekafiran, maka demi Allah aku
adalah kafir yang akbar”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Nabi Besar
Muhammad Saw. Adalah “Terang Dunia” Hakiki yang Mengubah Kegelapan
pekat Kejahiliyahan Menjadi Terang
Benderang Dengan Nur Ilahi
Bab 38
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan sabda Masih
Mau’ud a.s. mengenai peragaan akhlak mulia Nabi Besar Muhammad saw. yang
sempurna dalam dua periode keadaan yang berbeda,
yang tidak dapat ditandingi oleh para rasul
Allah lainnya.
Dua Periode Keadaan Nabi Besar Muhammad Saw.
Sehubungan
dengan hal tersebut dalam uraian yang lebih ringkas Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Allah Yang Maha Agung telah membagi
kehidupan Nabi kita Hadhrat Rasulullah
Saw. dalam dua bagian, yaitu bagian pertama yang merupakan periode kegetiran, kesulitan dan penderitaan,
sedangkan bagian berikutnya adalah ketika tiba masa kemenangan.
Selama masa penderitaan akan muncul sifat-sifat akhlak beliau yang sesuai dengan masa
tersebut, sedangkan pada waktu tiba masa
kejayaan dan kekuasaan, maka
muncul akhlak mulia beliau yang
tidak akan jelas nyata jika tidak dilambari latar belakang kedigjayaan. Dengan demikian kedua
bentuk sifat akhlak mulia beliau menjadi nyata karena melalui kedua periode masa seperti itu.
Dengan membaca sejarah tentang masa kesulitan beliau di Mekkah yang
berlangsung selama 13 tahun, kita
bisa melihat secara nyata bagaimana beliau memperlihatkan akhlak seorang muttaqi yang sempurna di dalam masa kesulitan, yaitu
meletakkan kepercayaan sepenuhnya
kepada Allah Swt. tanpa mengeluh
sama sekali, tidak mengendurkan pelaksanaan tugas beliau, sehingga para orang kafir pun menjadi beriman
karena menyaksikan keteguhan hati
yang demikian rupa, dan mereka menyadari bahwa jika seseorang tidak memiliki keimanan yang demikian kuat, mustahil yang bersangkutan akan
dapat menanggung penderitaan
tersebut dengan keteguhan hati.
Ketika tiba masa kemenangan, kekuasaan dan kemakmuran,
lalu muncul sifat akhlak mulia
Hadhrat Rasulullah Saw. yang lain yang berbentuk pengampunan, kemurahan hati
dan keberanian, yang diperlihatkan sedemikian sempurna, sehingga sejumlah besar orang kafir lalu beriman kepada beliau.
Beliau memaafkan mereka yang telah menganiaya beliau dan memberikan keamanan kepada mereka yang telah mengusir beliau dari Mekkah serta menolong mereka yang membutuhkan
bantuan. Justru setelah menggenggam tampuk kekuasaan di atas para musuh,
beliau malah mengampuni mereka.
Banyak orang yang
menyaksikan akhlak mulia beliau
menyatakan bahwa hanya orang yang muttaqi
dan datang sebagai utusan (rasul) Tuhan saja yang mungkin bisa memiliki akhlak demikian. Itulah sebabnya sisa-sisa rasa permusuhan para lawan
beliau langsung menghilang. Akhlak mulia beliau juga dinyatakan oleh
Kitab Suci Al- Quran dalam ayat:
قُلۡ اِنَّ صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ
Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku dan pengorbananku
dan kehidupanku serta kematianku adalah semata-mata untuk Allah, Rabb
(Tuhan) seluruh alam” (Al-An’ām [6]:163).
Berarti seluruh hidup beliau telah diikrarkan bagi manifestasi (perwujudan) keagungan Tuhan serta memberikan kenyamanan kepada para makhluk-Nya agar melalui kewafatan beliau mereka semua itu akan
memperoleh kehidupan.” (Islami Usul ki Philosophy, Ruhani Khazain, jld. X, hlm. 447-448, London, 1984).
Dengan demikian firman Allah Swt. mengenai “suri
teladan terbaik” Nabi Besar Muhammad
saw. benar adanya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya
bagi kamu, yaitu bagi orang
yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb [33]:22).
Mengubah Kegelapan Pekat Kejahiliyahan Kawasan Arabia Menjadi “Terang
Benderang” Nur Ilahi
Dalam Al-Quran Allah Swt. telah menyebut Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai “matahari yang bercahaya cemerlang”
(QS.33:46-47), bahkan digambarkan sebagai “Nur di atas nur” (QS.24:36), sehingga sebagaimana halnya terbitnya matahari
menyingkirkan kegelapan malam
demikian pula halnya dengan pengutusan
Nabi Besar Muhammad saw. telah
mengusir kegelapan malam keruhanian
(QS.30:42-44; QS.97:1-6). Sehubungan
dengan hal tersebut Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Yang tertinggi
dari segala kehormatan adalah kehormatan Hadhrat Rasululah Saw. yang telah mempengaruhi keseluruhan dunia Islam. Kehormatan beliau telah menghidupkan kembali dunia ini. Di tanah Arab pada masa beliau, perzinahan, permabukan dan perkelahian
menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
Hak azasi manusia sama sekali terabaikan. Tidak ada rasa welas asih sama sekali terhadap sesama umat manusia.
Bahkan hak
Allah Swt. juga telah diingkari orang sama sekali. Bebatuan,
pepohonan dan bintang-bintang diimbuhi dengan sifat-sifat Samawi. Berbagai bentuk syirik berkembang luas di masyarakat. Tidak hanya wujud manusia, bahkan alat kelaminnya (genitalia) pun juga disembah.
Seseorang yang berfikiran waras jika melihat keadaan
demikian walaupun hanya sesaat, ia akan menyimpulkan adanya kegelapan, kefasikan dan penindasan
sedang merajalela. Kelumpuhan biasanya
menyerang satu sisi, tetapi ini adalah kelumpuhan
yang menghantam kedua sisi (jiwa dan
raga). Seluruh dunia terkesan sudah membusuk. Tidak ada kedamaian sama sekali baik di muka bumi atau pun di lautan.
Hadhrat Rasulullah Saw. muncul dalam abad kegelapan dan kehancuran demikian dan beliau kemudian memperbaiki secara sempurna
kedua sisi perimbangan serta menegakkan
kembali hak-hak Tuhan serta hak-hak
manusia di posisinya yang tepat.
Kekuatan moril Hadhrat
Rasulullah Saw. dengan demikian bisa
diukur dengan melihat kondisi masa
tersebut. Penganiayaan yang
ditimpakan kepada beliau dan para pengikut beliau serta perlakuan beliau terhadap para musuh
ketika beliau telah memperoleh kemenangan
atas mereka telah menunjukkan betapa luhurnya
derajat beliau.
Tidak ada jenis siksaan lain yang belum pernah
ditimpakan oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap Nabi Suci Saw. dan para sahabat beliau. Wanita-wanita Muslim disiksa dengan cara mengikat kaki mereka
masing-masing kepada dua unta yang dihalau ke arah berlawanan sehingga tubuh
mereka terbelah dua, padahal kesalahan mereka hanya karena beriman kepada Ke-Esaan Tuhan dan menyatakan: “Tuhan kami Allah”.
Beliau memikul semua penderitaan dengan keteguhan hati, tetapi pada waktu Mekkah ditaklukkan, beliau malah mengampuni para musuh
tersebut dan menenteramkan mereka
dengan ucapan: Tidak akan ada
yang menyalahkan kalian pada hari ini.’ Semua
itu merupakan kesempurnaan akhlak mulia
beliau yang tidak ditemukan pada Nabi
lainnya. Ya Allah turunkanlah salam
dan rahmat Engkau atas beliau dan umat beliau.” (Malfuzat, jld. II, hlm.
79-80).
Kemenangan Nabi Besar Muhammad Saw.
Salah satu bentuk keberhasilan luarbiasa
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. adalah mengubah suatu kaum
jahiliyah yang keadaannya pecah-belah bagaikan tulang-belulang berserakan
menjadi bagaikan satu tubuh yang utuh
dan hidup berupa persaudaraan
Muslim (QS.3:103-105; QS.49:11). Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Komunitas
pengikut Hadhrat Rasulullah Saw.
telah mengembangkan persatuan dan kesatuan keruhanian dimana melalui
semangat persaudaraan Islam, mereka
semua seolah-olah menjadi anggota
dari satu tubuh. Nur
sinar kenabian mewarnai kehidupan
mereka sehari-hari serta perilaku
yang nyata atau pun tersembunyi, sehingga mereka itu telah menjadi cerminan dari diri beliau.
Adalah suatu mukjizat akbar dalam perubahan internal kalbu manusia dimana
yang tadinya penyembah berhala
kemudian berubah menjadi penyembah Tuhan
yang tulus, sedangkan mereka yang tadinya tenggelam
dalam keduniawian kemudian
menciptakan hubungan yang
sangat dekat dengan Tuhan-nya
dimana mereka mengalirkan darah
mereka seperti air di jalan Allah Swt.. Semua itu karena
mereka menjalani kehidupan mereka secara tulus bersama-sama dengan seorang Nabi yang sempurna dan benar.” (Fateh
Islam,
Qadian, Riyaz Hind Press, 1308 H; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. III, hlm. 21-22,
London, 1984).
Kemudian Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi mengenai pengaruh suri teladan yang beliau saw. amalkan terhadap para pengikutnya:
“Kehidupan Hadhrat Rasulullah Saw. merupakan kehidupan
yang amat berhasil. Baik sifat akhlak mulia beliau, kekuatan keruhanian, keteguhan hati, kesempurnaan ajaran yang beliau bawa, contoh ibadah serta pengabulan
doa beliau, singkat kata, dalam keseluruhan
aspek kehidupannya beliau telah memperlihatkan tanda-tanda yang demikian cemerlang,
sehingga seorang yang bodoh
sekalipun selama ia tidak mengidap rasa
permusuhan atau dendam, akan terpaksa mengakui bahwa beliau adalah suri teladan yang sempurna dari Sifat-sifat Ilahi dan bahwa beliau adalah manusia yang sempurna.” (Al-Hakam, 10 April 1902, hlm. 5).
Revolusi
Ruhani Terbesar Berkat Doa Nabi Besar Muhammad Saw.
Nabi Besar Muhammad saw. adalah
satu-satunya Rasul Allah yang
benar-benar sukses melakukan revolusi ruhani di kalangan umat
manusia, sehubungan hal itu Masih
Mau’ud a.s. bersabda:
“Apakah
kalian mempunyai bayangan tentang kejadian aneh (ajaib) yang berlangsung
di tanah berpadang pasir Arabia, dimana ratusan
ribu orang yang sudah mati dihidupkan kembali dalam jangka waktu singkat, dan mereka yang salah jalan selama beberapa generasi
telah memperoleh warna Ilahi,
sedangkan mereka yang buta
memperoleh penglihatan dan mereka
yang bisu mulai berbicara tentang pemahaman
Ilahiah, dan dunia yang
mengalami suatu revolusi yang tidak
pernah didengar sebelumnya?
Adalah doa seorang yang larut dalam kecintaan kepada
Allah Swt. pada malam-malam yang gelap, yang telah menimbulkan kegemparan di dunia dan memunculkan keajaiban-keajaiban yang mestinya tidak mungkin datang dari seorang
tidak terpelajar dan tidak berdaya
demikian.
Ya Allah,
turunkanlah berkat dan salam Engkau atas diri beliau dan para pengikut
beliau setara dengan kerisauan beliau terhadap umatnya serta
curahkanlah Nur Rahmat Engkau atas beliau selama-lamanya.” (Barakatud Dua, Qadian, Riyaz Hind
Press, 1310 H; sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, jld. VI, hlm. 10-11, London, 1984).
Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi mengenai
betapa lemahnya sarana yang dimiliki umat
Islam pada waktu perang Badar:
“Apa
pun yang terjadi di awal sejarah Islam adalah hasil dari doa yang
dipanjatkan Hadhrat Rasulullah Saw.
yang disampaikan kepada Allah Swt. dengan cucuran
air mata di jalan-jalan kota Mekkah. Semua bentuk kemenangan akbar yang telah mengubah
seluruh aspek kehidupan dunia adalah hasil
dari doa beliau tersebut. Betapa lemahnya kondisi keadaan para sahabat beliau bisa dilihat dari
kenyataan bahwa pada saat perang Badar,
di antara mereka itu hanya ada 3 buah
pedang terbuat dari kayu.” (Al-Hakam, 17 September 1906, hlm.
4).
Beliau bersabda lagi:
“Pembaharuan yang dibawa oleh Penghulu
dan Junjungan kita Hadhrat Rasulullah Saw. bersifat merata dan menyeluruh serta diakui
oleh semua pihak. Tingkat pembaharuan
seperti itu belum pernah berhasil
dicapai oleh para nabi sebelum beliau.
Kalau kita mempelajari sejarah tanah Arab, kita akan menyadari betapa fanatiknya para penyembah
berhala, umat Yahudi dan umat Kristen pada masa itu, karena
sampai saat itu mereka telah berputus
asa atas pembaharuan diri mereka selama
berabad-abad.
Lalu muncul ajaran Kitab Suci Al-Quran yang sama
sekali bertentangan dengan akidah mereka, dan yang telah menyapu bersih segala akidah palsu serta segala bentuk kejahatan. Meminum minuman keras dilarang, perjudian tidak boleh lagi dilakukan, pembunuhan anak-anak tidak lagi diperkenankan dan segala hal yang bertentangan dengan perikemanusiaan, keadilan dan kesalehan
selanjutnya ditekan.
Mereka yang melanggar kemudian dihukum
setimpal menurut kesalahannya.
Dengan demikian tidak ada seorang pun yang bisa menyangkal keagungan pembaharuan yang dibawa beliau.” (Noorul Quran, no. 1, sekarang dicetak
dalam Ruhani Khazain, jld. IX, hlm. 366,
London, 1984).
Pengabdian Kepada Nabi Besar Muhamad Saw. Terhadap Hujatan
dan Fitnah Para Penentang Beliau saw.
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai para
penghujat kesucian Nabi Besar
Muhammad saw. dan kesempurnaan agama
Islam dengan berbagai fitnah keji yang mereka lontarkan:
“Dalam
pandangan kami, tidak ada kesaksian yang lebih tinggi daripada kesaksian
Hadhrat Rasulullah Saw.. Hatiku gemetar ketika aku mendengar ada orang yang
ketika dikemukakan fatwa Hadhrat
Rasulullah ia tidak mau menerimanya
dan bahkan berpaling darinya.” (Itmamul Hujjah, Gulzar Muhammadi Press,
Lahore, 1311 H, sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain,
jld. VIII, hlm. 293, London, 1984).
Kemudian Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi mengenai kesiap-sediaan umat Islam untuk mengorbankan jiwa sekali pun demi membela kehormatan dan kesucian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dari bebagai fitnah pihak lawan:
“Umat Muslim adalah kelompok manusia yang siap
menyerahkan jiwanya untuk menjunjung
tinggi kehormatan Nabi Suci
mereka. Mereka lebih memilih mati
daripada harus menanggung malu hanya
karena pertimbangan mereka harus berdamai dan bersahabat dengan sekelompok
manusia yang siang malam disibukkan dengan kegiatan menghujat Hadhrat Rasulullah Saw..
Mereka ini selalu menyebut nama
beliau dengan sebutan nista dalam buku-buku, harian dan pengumuman mereka
serta menggunakan bahasa yang kotor
jika membicarakan beliau. Orang-orang seperti itu tidak mempunyai itikad baik, bahkan terhadap bangsanya sendiri, karena mereka selalu menciptakan berbagai kesulitan
bagi bangsanya.
Aku mengatakan sesungguhnya bahwa masih
mungkin bagi kami untuk berdamai dengan ular atau binatang liar di hutan, namun mustahil
bagi kami untuk disuruh berdamai dengan orang-orang yang tidak menahan diri dari memburuk-burukkan Rasul Allah
dan yang menganggap caci-maki dan
memburuk-burukkan orang lain sebagai suatu bentuk kemenangan. Kemenangan
haqiqi hanya datang dari langit.” (artikel dilekatkan pada
Chasma Marifat,
Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XXIII, hlm.
385-386, London, 1984).
Kesedihan Rasul Akhir Zaman
Di dalam Al-Quran Allah Swt.
berfirman mengenai kesedihan yang
dialami Rasul Allah yang kedatangannya
dijanjikan di Akhir Zaman karena menyaksikan
keadaan umat Islam yang telah
memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang telah
ditinggalkan. (Al-Furqān [25]:32).
Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang
menamakan diri orang-orang Muslim
tetapi telah menyampingkan Al-Quran
dan telah melemparkannya ke belakang.
Barangkali belum pernah terjadi selama 14
abad ini di mana Al-Quran di Akhir Zaman ini sedemikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim.
Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran
melainkan kata-katanya” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh
masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
Melihat kenyataan yang sangat menyedihkan itulah Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Pelecehan yang dialamatkan kepada agama
Islam dan Hadhrat Rasulullah Saw.,
serangan terhadap syariah Ilahi, kemurtadan dan bid’ah yang telah menyebar luas sekarang ini tidak ada padanannya di masa lalu.
Dalam jangka waktu singkat di India
ini saja ada 100.000 orang yang berpindah agama menjadi Kristen
dan lebih dari 6 juta buku yang diterbitkan
untuk menyerang Islam.
Mereka yang berasal dari keluarga-keluarga mulia telah kehilangan agama mereka, sedangkan
mereka yang biasa menyebut dirinya sebagai keturunan
Nabi Suci Saw. telah mengenakan
jubah Kristiani dan sekarang malah memusuhi
beliau.
Hatiku menangis pilu karena misalnya pun orang-orang ini membunuh anak-anakku di hadapan mataku,
menjagal sahabat-sahabatku serta
membunuh diriku dengan cara yang paling hina sekalipun dan merampas seluruh harta bendaku, aku tidak akan lebih sakit dan hatiku tidak akan lebih pedih daripada harus mendengar caci-maki yang
dilontarkan terhadap Hadhrat Rasulullah.” (Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind
Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld.V, hlm. 51-52,
London, 1984).
Perlu diketahui bahwa selain benua
Afrika, sasaran gerakan Kristenisasi yang
dilancarkan oleh para missionaris Kristen
adalah Hindustan,
yang ketika itu menjadi wilayah kekuasaan kerajaan
Inggris yang berhasil mengalahkan kekuasaan bangsa Sikh
di benua
alit tersebut.
Tetapi kesuksesn gerakan Kristeniasi di sana segera terhenti dengan pengutusan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi a.s. dan juga Al-Masih Mau’ud a.s., sehingga serangan-serangan fitnah
-- baik melalui lisan mau pun tulisan – terus menerus menimpa umat Islam yang tak berdaya
terhadap dan kesucian Nabi Besar Muhammad saw. telah berubah arah akibat pembelaan
tak terbantahkan yang dilakukan oleh
Masih Mau’ud a.s..
(Bersambung)
Rujukan:
The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 14 Desember 2015